MAKASSAR,FILALIN.COM, — Jelang Haul ke-21 Jendral M. Jusuf yang jatuh pada hari senin ( 08/09) Yayasan Islamic Center Al Markaz menggelar dialog mengenang ketokohan seorang Jendral Asal Sulawesi-Selatan yakni Jendral M. Jusuf .
Sosok yang dikenal sebagai negarawan, prajurit sejati, dan birokrat berintegritas tinggi ini dinilai sebagai figur langka yang tidak hanya berjasa secara historis, tetapi juga menjadi panutan moral dan kepemimpinan, khususnya bagi generasi Bugis-Makassar.
“Sosok Langka dan Luar Biasa”
Dalam dialog yang mengangkat tema “Jejak Keteladanan Jendral M. Jusuf Dalam Kepemimpinan dan Keteladanaan menghadirkan beberapa narasumber diantaranya Prof Amran Razak, Ketua Program Studi Magister Administrasi dan Kebijakan Kesehatan FKM Unhas, Guru Besar UNM Prof. Aris Munandar dan
dari unsur TNI yang mewakili Pangdam XIV Pamen Ahli Bidang Il Pengtek dan Lingkungan Hidup Kodam XIV/Hasanuddin Indra Kurnia.
Akademisi dan budayawan Sulsel, Prof Amran Razak menegaskan bahwa Jenderal M. Jusuf merupakan contoh nyata pemimpin berkelas nasional yang tetap berpijak kuat pada nilai-nilai budaya lokal.
“Beliau bangsawan, tentara, birokrat, sekaligus pelobi ulung. Ini kombinasi yang sangat jarang kita temukan dalam sejarah bangsa kita, apalagi dari Bugis-Makassar,” ungkap Prof. Amran pada diskusi publik Haul ke-21 jendral M. Jusuf di Teras depan Masjid Al markaz .
Ia menambahkan bahwa dalam budaya Bugis, kemampuan berdamai dan melobi dengan cara yang bermartabat adalah kualitas tinggi. Sosok Jenderal Jusuf—seperti halnya Jusuf Kalla—adalah bukti bahwa orang Bugis bisa menjadi pelobi dan peredam konflik nasional secara elegan dan bermoral.
Tak hanya itu, Prof. Amran juga menyoroti dedikasi Jenderal Jusuf saat menjabat sebagai Menteri Perindustrian yang banyak memberi dampak langsung bagi pembangunan daerah, seperti pembangunan PLTU, Kawasan Industri Makassar (KIMA), dan Semen Tonasa.
“Setelah beliau, banyak menteri datang dan pergi, tapi tidak banyak yang benar-benar memberikan sesuatu yang konkret untuk daerahnya,” tegasnya.
Sementara itu, Kolonel Inf. Indra Kurnia, Pamen Ahli Bidang Ilpengtek dan Lingkungan Hidup Kodam XIV/Hasanuddin, menyebut bahwa nama Jenderal Jusuf masih sangat harum di kalangan prajurit hingga hari ini.
“Beliau kami sebut sebagai bapaknya para prajurit. Istilah blusukan sudah ada sejak zaman Jenderal Jusuf, hanya saja konteksnya lebih ke meninjau barak dan menyapa prajurit,” ujar Kolonel Indra.
Jenderal Jusuf dikenal hidup sederhana,
menolak gratifikasi, bahkan saat sudah pensiun tidak meminta apa pun. Hal ini menurutnya adalah bentuk integritas yang harus dimiliki oleh setiap prajurit.
“Nilai-nilai kejujuran, tidak mudah diombang-ambing, dan anti-KKN menjadi warisan moral dari beliau yang masih relevan hingga kini.”
Aris Munandar, yang juga Mantan rektor UNM menguraikan tujuh kualitas utama Jenderal M. Jusuf yang patut diwarisi oleh generasi bangsa:
Yang pertama Nasionalisme tinggi — Terlibat aktif dalam momen penting seperti Supersemar. Kepemimpinan berpihak kepada bawahan — Peduli terhadap kesejahteraan prajurit yang kedua Kerakyatan Merakyat melalui program ABRI Manunggal Rakyat, ketiga religius membangun masjid Al-Markaz sebagai kontribusi spiritual, keempat kerendahan hati tetap rendah hati meski menduduki posisi tinggi, kelima netralitas profesional menjaga netralitas TNI dari kepentingan politik, keenam
kepribadian Bugis-Makassar Tegas, jujur, adil,
dan bebas dari praktik KKN.
Relevansi Kepemimpinan Masa Kini
Di tengah situasi politik nasional yang kembali menghadirkan tokoh militer sebagai Presiden, Prof. Amran berharap kepemimpinan militer di era kini mampu meneladani Jenderal Jusuf.
“Kita berharap Pak Prabowo bisa banyak belajar dari gaya kepemimpinan Jenderal Jusuf, terlebih banyak figur Bugis seperti Sapra Syamsudin yang punya jiwa sejiwa dengan beliau,” pungkasnya.
Tentang Jenderal M. Jusuf
Jenderal (Purn.) Andi Muhammad Jusuf Amir adalah tokoh militer dan politik yang berasal dari Sulawesi Selatan. Ia pernah menjabat sebagai Panglima ABRI dan Menteri Perindustrian di era Orde Baru. Ia juga dikenal sebagai tokoh penting dalam proses transisi kekuasaan Soekarno ke Soeharto melalui Supersemar.
Kiprahnya dalam memadamkan pemberontakan di Sulawesi Selatan serta kontribusinya dalam pembangunan nasional menjadikannya sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah Indonesia modern.
Diskusi yang digelar 1 jam lebih ini dimoderatori Andi Manggara dan dihadiri beberapa tamu undangan lainnya seperti Andi Hery Iskandar keponakan langsung dari Jendral M.Jusuf , Moch. Roem dan beberapa tamu undangan lainnya. (*)