MAKASSAR,FILALIN.COM, Kota Makassar mengambil langkah besar menuju kota yang lebih ramah dan setara bagi penyandang disabilitas. Hari ini, Gerakan Kota Inklusif Makassar resmi diluncurkan, dipimpin oleh Yayasan Kota Kita dan UNESCO, bekerja sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Makassar.
Inisiatif ini bertujuan untuk mengatasi diskriminasi dalam perencanaan kota dan memperbaiki akses layanan publik bagi penyandang disabilitas. Kuncinya: data yang inklusif, partisipatif, dan dikumpulkan langsung dari komunitas.
“Makassar harus menjadi kota bagi semua,” kata Nina Asterina, Manajer Program Urban Inclusivity dari Kota Kita. “Kami percaya bahwa suara penyandang disabilitas perlu menjadi bagian dari proses pembangunan kota, bukan hanya objek dari kebijakan.”
Selama periode April hingga November 2025, gerakan ini akan melibatkan pemetaan awal, survei kepada 1.000 penyandang disabilitas di berbagai kelurahan, pelatihan untuk organisasi lokal disabilitas, hingga lokakarya bersama berbagai pihak. Tak hanya itu, 20 anak muda akan dilibatkan sebagai youth mappers untuk menjangkau komunitas dan mengumpulkan data secara langsung.
Data tersebut akan disusun dalam dokumen “Profil Kota Inklusif Disabilitas Makassar” yang diharapkan menjadi acuan dalam kebijakan kota ke depan.
Gerakan ini juga memperkuat kolaborasi jangka panjang antara Kota Kita dan UNESCO sejak 2017. Sebelumnya, program serupa di Surakarta dan Banjarmasin telah menghasilkan perubahan nyata dan bahkan meraih penghargaan global seperti Transformative Urban Mobility Award dan IOPD Award.
Direktur UNESCO Regional Office Jakarta, Maki Katsuno-Hayashikawa, menekankan bahwa inklusi bukan hanya soal akses fisik. “Ini tentang martabat, representasi, dan memastikan semua warga memiliki suara dalam proses pembangunan kota,” ujarnya.
Gerakan Kota Inklusif Makassar merupakan ajakan terbuka kepada pemerintah, komunitas, dan masyarakat luas untuk bersama-sama membangun kota yang setara dan ramah bagi semua, termasuk penyandang disabilitas.
Dengan kolaborasi yang kuat, visi kota yang benar-benar inklusif bukan lagi mimpi, tetapi masa depan yang sedang dibentuk hari ini. (*)