MAKASSAR,FILALIN.COM, – Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Selatan menggelar Bincang Bareng Media dengan tema “Perkembangan Ekonomi Sulsel Terkini dan Respon Kebijakan BI” pada Selasa (26/8). Kepala BI Sulsel, Rizki Ernadi Wimanda, memaparkan kondisi perekonomian global yang masih diliputi ketidakpastian serta perkembangan ekonomi domestik, khususnya di Sulawesi Selatan.
Rezki menyebut indeks ketidakpastian global meningkat, baik dari sisi trade policy uncertainty, economic policy uncertainty, hingga risiko geopolitik. Konflik di Timur Tengah seperti perang Israel–Palestina dan ketegangan dengan Iran menjadi faktor utama yang mendorong tingginya ketidakpastian tersebut.
“Dengan kondisi ini, perekonomian global tahun ini diproyeksikan sedikit melambat dari 3,3 persen. Amerika Serikat, Eropa, dan Tiongkok mengalami penurunan, sementara Jepang justru meningkat,” jelas Rezki.
Selain itu, kebijakan moneter global juga menunjukkan tren pelonggaran. Bank Sentral AS (The Fed) diperkirakan menurunkan suku bunga dua kali tahun ini dan sekali lagi tahun depan. Sejalan dengan itu, inflasi AS cenderung melandai. Indeks dolar pun melemah hingga berada di bawah level 100, meski aliran modal ke negara berkembang (emerging market) masih terbatas.
Ekonomi Domestik Tumbuh 5,12 Persen
Di dalam negeri, ekonomi Indonesia masih tumbuh positif. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan triwulan II-2025 sebesar 5,12 persen, meningkat dari 4,87 persen pada triwulan sebelumnya.
“Ini jadi kabar baik, meskipun konsumsi pemerintah masih terkontraksi 0,3 persen. Pertumbuhan tertinggi ada di sektor pertambangan, yang sebelumnya sempat negatif kini kembali positif,” kata Rezki.
Secara spasial, pendorong utama pertumbuhan berasal dari Pulau Jawa dan Sumatera. Sementara itu, kawasan Sulawesi justru mengalami perlambatan, dari 6,06 persen menjadi 5,83 persen.
Sulsel Tumbuh 4,94 Persen, di Bawah Nasional
Jika dilihat lebih detail, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan tercatat sebesar 4,94 persen, lebih rendah dibanding rata-rata nasional. Bahkan Sulawesi Barat lebih rendah lagi, yakni 4,29 persen.
Meski begitu, beberapa provinsi lain di Sulawesi seperti Sulawesi Tengah, Tenggara, dan Utara mencatat pertumbuhan di atas rata-rata. Kontribusi terbesar tetap disumbang oleh Sulawesi Selatan dengan porsi 2,2 persen terhadap ekonomi kawasan.
Inflasi Terkendali
Sementara itu, inflasi nasional secara year-on-year masih terkendali di level 2,3 persen, di bawah target 2,5 persen. Inflasi year-to-date tercatat 1,69 persen.
Namun, Rezki mengingatkan adanya kenaikan harga bahan pangan (volatile food). “Inflasi pangan naik dari 0,6 persen menjadi 3,8 persen. Untuk Sulsel sendiri inflasinya masih moderat, sekitar 1,2 persen,” ujarnya.
Rezki menekankan, BI Sulsel akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah daerah guna menjaga stabilitas harga, mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif, serta memperhatikan dinamika global yang penuh ketidakpastian. (*)