Sabun hingga Kran Sering Hilang, Pelindo 4 Makassar Putar Otak Jaga Toilet Penumpang

0-3248x1440-0-0-{}-0-24#

MAKASSAR,FILALIN.COM,  – PT Pelabuhan Indonesia (Persero) Regional 4 Makassar mengakui masih menghadapi tantangan serius dalam pengawasan dan pemeliharaan fasilitas toilet penumpang di area terminal pelabuhan. Persoalan ini terutama berkaitan dengan keterbatasan pemasangan CCTV, tingginya lalu lintas pengguna, hingga seringnya kehilangan fasilitas pendukung seperti sabun dan perlengkapan toilet lainnya.

Direktur Operasional Pelindo 4 Makassar, Yusida M. Palesang, menjelaskan bahwa pemasangan CCTV tidak dapat dilakukan secara bebas, khususnya di area sensitif seperti toilet.

“Penempatan CCTV memang menjadi dilema. Di pintu masuk-keluar itu jumlahnya banyak, kalau semuanya dipasang akan terlalu banyak, dan berpotensi menimbulkan ketidaknyamanan. Sementara untuk di dalam toilet, sampai hari ini hampir tidak ada yang berani memasang karena aspek privasi,” ujar Yusida Sabtu (13/12)

Ia menyebutkan, meski tujuan pemasangan CCTV adalah untuk pengamanan, secara teknis dan etis hal tersebut sulit diterapkan. Bahkan upaya penarikan kabel tambahan pun justru menambah kompleksitas pekerjaan.

Sebagai langkah antisipasi, Pelindo 4 Makassar memilih strategi double cover, yakni dengan memperbanyak stok fasilitas pendukung dibandingkan melakukan pengawasan ketat terhadap individu pengguna.

“Terpaksa kami lakukan double cover. Bukan berarti berlebihan, tapi ini kebutuhan. Termasuk pengadaan kran, kami instruksikan membeli kualitas menengah, bukan yang murahan. Kami siapkan hingga 100 unit, kalau rusak atau hilang langsung diganti. Saat ini memang belum ada cara lain,” jelasnya.

Yusida mengakui bahwa nilai kerugian akibat hilangnya fasilitas toilet sebenarnya tidak besar, namun jika terjadi terus-menerus dapat menyita perhatian dan menimbulkan kekhawatiran, terutama saat ada inspeksi mendadak dari pemangku kepentingan.

“Nilainya mungkin kecil, tapi kalau berulang itu jadi persoalan. Kita khawatir, misalnya satu jam sebelumnya sudah dibersihkan dan dilengkapi, tapi 30 menit kemudian dilakukan pengecekan mendadak dan kondisinya sudah berkurang lagi,” ungkapnya.

Ia juga menyoroti tingginya intensitas penggunaan toilet, terutama pada periode padat seperti Natal dan Tahun Baru (Nataru). Untuk itu, Pelindo menempatkan petugas secara bergantian guna melakukan pengecekan berkala.

“Selama Nataru, kami tempatkan petugas bergantian di titik-titik tersebut. Setiap selesai digunakan, dicek lagi. Ini bagian dari langkah pengawasan manual yang bisa kami lakukan saat ini,” katanya.

Lebih lanjut, Yusida mengungkapkan bahwa latar belakang pengguna jasa pelabuhan juga menjadi faktor penting. Banyak penumpang kapal laut berasal dari daerah pedesaan dan bekerja di sektor perkebunan atau kehutanan, sehingga tidak semuanya terbiasa dengan fasilitas modern.

“Penumpang kapal laut ini banyak yang dari kampung ke kampung, kerja di hutan atau sawit. Mereka tidak semuanya terbiasa dengan fasilitas yang terlalu modern. Ini bukan stereotip, tapi fakta lapangan yang harus kami pahami,” jelas Yusida.

Ia mencontohkan, fasilitas shower yang digabung dengan kran sering kali rusak karena pengguna tidak memahami perbedaan fungsi tuas, sehingga dipaksa dan akhirnya patah. Begitu pula dengan sabun cair dan tempat sabun yang kerap hilang.

“Bukan hanya sabunnya yang hilang, tapi tempatnya sekalian. Itu artinya memang sengaja diambil, bukan jatuh. Kalau hanya sabunnya habis mungkin masih bisa dimaklumi,” tegasnya.

Sebagai solusi sementara, Pelindo 4 Makassar kini beralih menggunakan sabun isi ulang dalam jeriken besar dan menempatkannya di wadah sederhana, serta menghindari penggunaan dispenser dinding yang mudah dilepas.

“Sekarang kami pakai sabun isi ulang dari jeriken, diisi ke wadah yang sederhana. Kami juga cari sabun yang tidak terlalu harum, karena yang wangi itu justru paling cepat hilang,” kata Yusida.

Ke depan, Pelindo 4 Makassar berharap dapat menemukan pola pengelolaan yang lebih efektif dengan melibatkan semua pihak, agar persoalan ini tidak terus berulang dan mengganggu kenyamanan penumpang.

“Kami ingin ini tidak menjadi persoalan berkepanjangan. Harapannya bisa ada kesadaran bersama untuk menjaga fasilitas yang sudah disediakan,” tutup Yusida. (*)