Total Aset Perbankan di Sulsel 2022 Capai Rp174,54 Triliun

 FILALIN, MAKASSAR – Total aset perbankan di Sulsel posisi Desember 2022 tumbuh 6,19% yoy dengan nominal mencapai Rp174,54 triliun, terdiri dari aset Bank Umum Rp171,37 triliun dan aset BPR Rp3,16 triliun.

Hal itu di ungkapkan Kepala OJK Regional 6 Sulampua, Darwisman dalam siaran pers Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 6 Wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua.

Sementara berdasarkan kegiatan bank, aset perbankan konvensional mencapai Rp161,83 triliun dan aset perbankan syariah Rp12,71 triliun.

Sementara, kinerja intermediasi perbankan Sulsel terjaga pada level yang tinggi dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) 119,08% dan tingkat rasio kredit bermasalah berada di level aman 2,51%.

Untuk perbankan syariah mencatatkan pertumbuhan tinggi yakni 9,58% yoy dengan nominal Rp12,71 triliun dan pertumbuhan pembiayaan syariah mencatatkan pertumbuhan double digit sebesar 16,59% yoy menjadi Rp10,47 triliun.

Di mana pertumbuhan tersebut lebih tinggi di bandingkan pertumbuhan penyaluran kredit konvensional yang tumbuh sebesar 6,94% yoy.

Penghimpunan DPK perbankan syariah mencatat pertumbuhan 7,09% yoy dengan nominal Rp8,60 triliun, lebih tinggi di bandingkan pertumbuhan DPK perbankan konvensional 2,02% yoy dengan nominal Rp108,40 triliun.

Industri BPR tetap tumbuh berkelanjutan, di mana aset BPR tumbuh 4,65% yoy menjadi Rp3,16 triliun, dengan penghimpunan DPK yang tumbuh 1,27% yoy menjadi Rp2,08 triliun dan dari sisi penyaluran kredit tumbuh 2,60% yoy menjadi Rp2,56 triliun.

Sementara, pertumbuhan kredit bank tumbuh lebih tinggi di bandingkan Penghimpunan DPK, dan penyaluran kredit perbankan tercatat tumbuh 7,56% yoy menjadi Rp139,29 triliun, terdiri dari kredit produktif Rp75,78 triliun dan kredit konsumsi Rp63,51 triliun.

Berdasarkan sektor lapangan usaha, pertumbuhan kredit dengan share tertinggi yakni di sektor perdagangan 26,09% (5,44% yoy), sektor petanian, perburuan dan kehutanan 7,84% (28,63% yoy) dan industri pengolahan 4,42% (14,73% yoy).

Adapun pada sektor bukan lapangan usaha, kredit untuk pemilikan peralatan rumah tangga lainnya dan untuk pemilikan rumah tinggal tumbuh masing-masing 4,32% yoy dan 4,93% yoy dengan share masing-masing 18,58% dan 14,13%.

Sementara, penghimpunan DPK tumbuh 2,37% dengan nominal Rp116,99 triliun, terdiri dari giro Rp17,79 triliun, tabungan Rp72,44 triliun, dan deposito Rp26,76 triliun.

NPL perbankan Sulsel sendiri masih terjaga di level aman 2,51%. Berdasarkan jenis bank, NPL bank umum sebesar 2,50%, sedangkan NPL BPR sebesar 3,33%.

Kredit usaha mikro juga terus tumbuh. Di mana realisasi kredit ke UMKM di Sulsel tumbuh 10,66% yoy menjadi Rp55,09 triliun.

Pertumbuhan tertinggi terdapat pada kredit usaha mikro 37,86% yoy menjadi Rp25,58
triliun.

Adapun kredit usaha kecil mengalami kontraksi sebesar 5,15% yoy menjadi Rp19,19 triliun dan penyaluran kredit usaha mikro menengah juga mengalami kontraksi
sebesar 6,18% yoy yakni menjadi 10,31 triliun.

Tren kredit restrukturisasi menunjukkan penurunan yang cukup signifikan. Total kredit restrukturisasi Bank Umum posisi Desember 2022 sebesar Rp17,58 triliun, turun sebesar Rp6,84 triliun atau mengalami penurunan 28,00% secara yoy jika di bandingkan posisi Desember 2021.

Penurunan kredit restrukturisasi sebagian besar terjadi di hampir seluruh sektor ekonomi.

Hal ini menunjukkan pemulihan perekonomian wilayah Sulawesi
Selatan semakin membaik.

Sementara, perkembangan industri pasar modal posisi Desember memperlihatkan pertumbuhan yang cukup tinggi di masa pandemi ini.

Hal ini terlihat pada peningkatan inklusi masyarakat di Sulsel yang mencapai 49,68% secara yoy atau menjadi sebesar 306.231 rekening akan produk pasar modal seperti saham, reksadana dan Surat Berharga Negara (SBN).

Selain itu, nilai transaksi saham sampai dengan Desember 2022 sebesar Rp25,27 triliun.

Perkembangan Industri Keuangan Non Bank (IKNB) di Sulawesi Selatan posisi November
2022 tetap menunjukkan kinerja positif di tengah pemulihan ekonomi sebagai dampak pandemi.

Kinerja dana pensiun mampu tumbuh positif, tercermin dari total aset tumbuh 6,28% yoy menjadi Rp 1,25 triliun. Begitu pula dengan piutang yang di salurkan oleh Perusahaan Pembiayaan yang juga tumbuh 18,60% yoy menjadi Rp15,27 triliun.

Jamkrida Sulsel juga mencatatkan pertumbuhan yang tinggi untuk aset sebesar 24,20% secara yoy menjadi 76,43 miliar. Total pinjaman perusahaan pergadaian mencatatkan pertumbuhan sebesars 9,74% yoy menjadi 4,73 triliun.

Pengaduan konsumen dan pelayanan informasi debitur.

Dalam rangka menjalankan tugas dan fungsi perlindungan konsumen, Otoritas Jasa Keuangan Kantor Regional 6 Sulawesi, Maluku dan Papua.

Pada tahun 2022 telah mem fasilitasi dan menindaklanjuti seluruh pengaduan yang di terima, baik melalui surat tertulis, kontak 157, dan melalui Aplikasi Portal Perlindungan Konsumen (APPK) sebanyak 573 pengaduan.

Kategori permasalahan yang di terima selama tahun 2022 di Sulsel dan
Sulawesi Barat di dominasi oleh pengaduan di sektor perbankan (342 pengaduan) dan
perusahaan pembiayaan/leasing (158 pengaduan).

Adapun detail permasalahan
di dominasi mengenai restrukturisasi kredit, keringanan pelunasan dan keberatan lelang
agunan. Tingkat penyelesaian pengaduan nasabah mencapai 91,97% atau sebanyak 527 pengaduan telah di selesaikan dan sebanyak 46 pengaduan dalam proses penyelesaian.

OJK berkomitmen untuk terus memperkuat upaya perlindungan konsumen sektor jasa
keuangan melalui peningkatan kualitas layanan pengaduan kontak 157 atau melalui
whatsapp 081-157-157-157, pengajuan tertulis dan optimalisasi APPK.

Selain melakukan fasilitasi pengaduan, OJK juga memfasilitasi permohonan informasi
debitur melalui Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) yang di lakukan secara daring (www.idebku.ojk.go.id) dan tatap muka terbatas dengan mengedepankan protokol kesehatan.

Selama tahun 2022, sebanyak 5.267 permintaan informasi debitur telah di layani Kantor OJK Regional 6 Sulawesi, Maluku dan Papua. (*)