JAKARTA,FILALIN.COM, – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat sektor perbankan nasional menunjukkan kinerja yang stabil dengan profil risiko yang terjaga pada Februari 2025. Kredit perbankan tumbuh dua digit sebesar 10,30 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), mencapai total Rp7.825 triliun.
“Pertumbuhan kredit tetap berada dalam tren positif, terutama ditopang oleh segmen investasi dan korporasi,” ujar Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, dalam keterangannya, Minggu (13/4).
Menurutnya, Kredit Investasi mencatatkan pertumbuhan tertinggi sebesar 14,62 persen, diikuti Kredit Konsumsi sebesar 10,31 persen, sementara Kredit Modal Kerja tumbuh 7,66 persen. Dari sisi kepemilikan, bank-bank BUMN menjadi motor utama pendorong pertumbuhan kredit, dengan laju sebesar 10,93 persen yoy.
“Yang juga patut dicatat adalah peningkatan kredit korporasi sebesar 15,95 persen, menunjukkan pemulihan aktivitas bisnis yang cukup kuat. Sementara itu, kredit UMKM juga terus tumbuh meskipun lebih moderat di angka 2,51 persen,” tambah Dian.
Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat naik sebesar 5,75 persen yoy menjadi Rp8.926 triliun. Kenaikan ini terutama berasal dari pertumbuhan tabungan yang mencapai 7,21 persen, disusul giro 6,09 persen dan deposito 4,25 persen.
“Likuiditas perbankan juga berada dalam kondisi sangat memadai. Rasio Alat Likuid terhadap Non-Core Deposit (AL/NCD) mencapai 116,76 persen dan Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) sebesar 26,35 persen—jauh di atas ambang batas minimum yang ditetapkan,” jelas Dian.
Selain itu, rasio Liquidity Coverage Ratio (LCR) tercatat di level 210,14 persen. Di sisi lain, kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio kredit bermasalah (NPL) gross sebesar 2,22 persen dan NPL net sebesar 0,81 persen. Rasio Loan at Risk (LaR) pun tercatat stabil di 9,77 persen, lebih rendah dibandingkan Februari 2024 yang berada di angka 11,56 persen.
“Penurunan LaR menjadi sinyal positif bahwa kualitas aset perbankan membaik dan sudah lebih sehat dibanding masa sebelum pandemi,” katanya.
Untuk aspek permodalan, rasio kecukupan modal (CAR) perbankan masih berada di level yang sangat tinggi, yakni 26,98 persen, yang dinilai cukup sebagai bantalan terhadap risiko ketidakpastian global.
Menanggapi tren Buy Now Pay Later (BNPL), OJK juga mencatat porsi kredit BNPL dari perbankan masih tergolong kecil, yakni sebesar 0,25 persen. Namun, pertumbuhan tahunan kredit BNPL tetap tinggi, mencapai 36,60 persen yoy dengan nilai baki debet sebesar Rp21,98 triliun dan jumlah rekening mencapai 23,66 juta.
“Kami akan terus memantau dinamika BNPL, mengingat karakteristiknya yang tinggi risiko namun juga memiliki potensi inklusi keuangan jika dikelola dengan prudent,” tutup Dian. (*)