Ekonomi Sulsel Tumbuh 0,78% di Awal 2025, Sektor Pertanian Bersinar, Inflasi Jadi Tantangan

0-0x0-0-0#

MAKASSAR,FILALIN.COM, Ekonomi Sulawesi Selatan mencatatkan pertumbuhan sebesar 0,78 persen (q-to-q) pada triwulan I-2025. Capaian ini menempatkan Sulsel di peringkat kelima nasional, di bawah Maluku Utara, Papua Barat, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo.

 

Hal ini diungkapkan oleh Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulawesi Selatan, Rizki Ernadi Wimanda, dalam acara Sulsel Talk bertema “Ekonomi Sulsel di Pusaran Perang Dagang Global 2.0: Menakar Risiko, Menjemput Peluang”, yang digelar di Kantor BI Sulsel, Rabu (14/5/2025).

 

Acara ini turut menghadirkan Moch Muchlasin, Kepala OJK Sulselbar, dan Aviliani, Ekonom Senior Indef.

 

Dalam paparannya, Rizki menyampaikan bahwa sektor pertanian menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Sulsel, dengan capaian luar biasa sebesar 16,6 persen. “Produksi padi melonjak hingga 139 persen, dan sektor perikanan juga tumbuh 5,9 persen. Ini terjadi karena cuaca kembali normal setelah El Nino tahun lalu,” jelasnya.

 

Di sisi lain, beberapa sektor strategis mengalami kontraksi. Sektor konstruksi menurun karena belanja modal pemerintah melemah, ditandai dengan konsumsi semen yang turun 14 persen. Sektor pertambangan juga turun akibat gangguan produksi PT Vale Indonesia, khususnya pada tanur listrik, yang menurunkan produksi nikel sebesar 6 persen.

 

Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga naik tipis, namun yang paling mencolok adalah lonjakan ekspor antarprovinsi. Sebaliknya, ekspor luar negeri justru merosot hingga 25,21 persen. Meski begitu, aktivitas bongkar muat di pelabuhan menunjukkan peningkatan signifikan, masing-masing 53,2 persen dan 108 persen.

 

Inflasi Jadi Sorotan

 

Rizki juga menyoroti tekanan inflasi yang semakin mengkhawatirkan. Hingga April 2025, inflasi year-to-date Sulsel mencapai 2,25 persen, melebihi target indikatif. Tiga dari empat bulan terakhir mencatatkan inflasi tinggi, terutama pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau.

 

“Cabai rawit mengalami lonjakan harga tajam, disusul beras yang naik 3,4 persen dengan andil inflasi 0,15, serta ikan-ikanan seperti bandeng dan cakalang. Hampir seluruh kabupaten/kota mengalami kenaikan harga beras,” ungkap Rizki.

 

Ia pun menekankan pentingnya kerja keras dari seluruh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) untuk menjaga stabilitas harga pangan pokok.

 

Proyeksi ke Depan

 

Bank Indonesia memproyeksikan ekonomi Sulsel pada 2025 akan tumbuh dalam rentang 4,8% hingga 5,6%, dengan asumsi kondisi global stabil dan konsumsi domestik terjaga. Sementara inflasi ditargetkan tetap berada pada kisaran 2,5% hingga 3%.

 

Dalam diskusi yang sama, Ekonom Indef Aviliani menambahkan bahwa ketahanan pangan dan diversifikasi ekspor menjadi kunci menghadapi tekanan global, terutama akibat dinamika geopolitik dan kebijakan proteksionisme dari negara besar.

 

Sementara itu, Kepala OJK Sulselbar, Moch Muchlasin, menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menciptakan ekosistem ekonomi yang adaptif, termasuk akses pembiayaan yang inklusif bagi sektor riil. (*)