Sulawesi Selatan tahun 2022 mengindikasikan pemulihan ekonomi yang terus berlanjut disertai dengan inflasi yang meningkat.
Pelonggaran mobilitas masyarakat di tengah semakin terkendalinya pandemi, berlanjutnya berbagai program kebijakan stimulus dan meningkatnya harga komoditas global, disamping memberi dorongan terhadap pertumbuhan ekonomi juga berdampak pada kenaikan harga-harga barang yang dikonsumsi oleh masyarakat.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Selatan, Fadjar Majardi mengatakan Inflasi Sulsel diperkirakan berada di atas rentang sasaran 3±1% pada akhir 2022. Peningkatan inflasi hingga Oktober utamanya dikontribusikan oleh komoditas angkutan udara, angkutan dalam kota, minyak goreng, dan bensin yang dipengaruhi oleh harga komoditas dan energi global.
“Berdasarkan kelompoknya, kendala pasokan bahan pangan yang turut dipengaruhi faktor cuaca yang kurang kondusif juga telah mengakibatkan peningkatan inflasi bahan pangan pada tahun 2022,” ujarnya.
Dari sisi Lapangan Usaha, kinerja ekonomi didorong oleh peningkatan pertumbuhan LU Transportasi & Pergudangan serta LU Akomodasi & Makan-Minum, dan tetap kuatnya pertumbuhan LU Perdagangan dan LU Industri Pengolahan.
LU Transportasi serta Akomamin menjadi penggerak perekonomian dengan pertumbuhan yang meningkat tinggi sejalan dengan peningkatan pajak hotel dan restoran dan jumlah penumpang pesawat yang naik signifikan.
Di samping itu, LU Industri Pengolahan dan LU Perdagangan masih tumbuh kuat sejalan dengan meningkatnya impor bahan baku dan meningkatnya indeks penjualan riil dan indeks keyakinan konsumen.
Dari Sisi Pengeluaran, motor pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan terutama didorong oleh peningkatan konsumsi rumah tangga, perbaikan konsumsi Pemerintah seiring percepatan realisasi anggaran belanja, serta peningkatan kegiatan investasi.
Dari sisi kinerja eksternal, surplus neraca perdagangan Sulawesi Selatan terus berlanjut hingga triwulan III 2022 ditengah peningkatan impor bahan baku seperti gandum dan besi paduan untuk memenuhi kebutuhan industri pengolahan yang sedang meningkat.
Surplus neraca perdagangan dapat terjaga seiring dengan tetap tingginya pertumbuhan ekspor nikel, besi baja, dan rumput laut yang merupakan bahan baku bagi industri di negara mitra dagang, terutama Tiongkok dan Jepang.
“Selama tahun 2022, intermediasi perbankan di Sulsel terus membaik, ditandai oleh pembiayaan perbankan ke sektor Rumah Tangga, Korporasi, UMKM, dan perbankan yang terus meningkat, dengan risiko kredit (NPL) yang terjaga,” tambah Fadjar.
Aktivitas perekonomian yang meningkat juga dibarengi dengan perkembangan positif sistem pembayaran digital. Jumlah merchant dan pengguna QRIS (Quick Response Indonesian Standard) terus bertambah.
Pada Oktober 2022, telah terdapat tambahan lebih dari 341 ribu pengguna baru QRIS, menempatkan Sulsel sebagai provinsi dengan pengguna QRIS terbanyak ke-5 nasional.