MAKASSAR,FILALIN.COM, —Saya sempat menikmati ibadah puasa selama tiga kali berbuka di kampung halaman 7 April 2024. Suasananya memang berbeda, tetapi perbedaan ini merupakan aroma masa lalu berbuka puasa di kampung halaman. Dulu, pada saat berbuka puasa selalu ada “asesoris”-nya, yakni “jena uri” (sejenis kolak dari beras sebesar kelereng yang diberi fla manis) dan kolak ubi jalar atau pisang. Kini, ibu yang sudah sangat uzur, 94 tahun, sudah tak mampu lagi membuat pendamping menu buka puasa seperti dulu. Anak-anaknya pun tidak mewarisi keterampilan Ibu. Berbuka puasa di kampung biasa-biasa saja. Langsung santap malam. Kalau di Makassar, kita berbuka puasa dengan pisang ijo dan sejenisnya. Di kampung tidak ada pisang ijo. Usai membatalkan puasa dengan menu pembuka puasa, kita melaksanakan salat magrib berjamaah. Makan malam kerap dilaksanakan usai salat isya atau tarawih.
Berlebaran di kampung halaman yang lebih penting adalah membersamai orang tua pada saat menuntaskan ibadah puasa tahunan ini. Tidak ada ketupat dan kari ayam dan sebagainya seperti yang ditemukan pada kebanyakan rumah warga muslim di Makassar. Sebelum ke masjid untuk menunaikan salat Idul Fitri hanya ada sarapan ringan. Begitu pun saat berbuka puasa, tidak ada pisang ijo dan sebagainya.
Yang menarik justru pascasalat Idul Fitri. Jamaah pria berdiri melingkar di dalam masjid dan secara teratur datang menyalami khatib dan para orang tua yang berdiri di depan mimbar. Kebetulan yang menjadi khatib di Masjid At Taqwa Desa Kanca adalah H.Sofwan, S.H.,M.Hum, adik saya, yang pada setiap pulang dan mudik ke Kanca selalu didaulat menjadi khatib salat Jumat atau Idul Fitri. Pada saat inilah, saya betul-betul merasa terharu, saat menjabat tangan ayah yang kemudian memeluk saya disertai isyak tangis. Mungkin merasa bersyukur, dalam beberapa kali salat Idul Fitri terakhir, saya kerap berusaha bersama keluarga di Kanca. Satu suasana yang sama sekali saya tidak rasakan ketika menunaikan salat Idul Fitri perantauan, Makassar.
Para jamaah, khususnya perempuan, menunggu di halaman masjid untuk menjabat tangan, mohon maaf, kepada jamaah lain yang baru keluar dari masjid. Suasana sangat ramai dan padat. Keluarga yang mudik pada umumnya menjadi sasaran para jamaah perempuan karena jarang bertemu mereka pada salat Idul Adha dan juga Idul Fitri sebelumnya.
Mudik kali ini memang penuh dengan agenda pernikahan keluarga. Meskipun tidak masuk panitia pernikahan, 10 April 2024 malam, saya ikut bergabung dengan adik-adik yang lain membahas persiapan pernikahan ponakan Ma’udatul Fitriyah, S.Kep, Ns, MKM dengan Dr.Amryn, M.H. yang berlangsung pada tanggal 12 April 2024. Acara pernikahan ini ditangani oleh “wedding organizer” (WO), suatu langkah baru yang dilakukan oleh keluarga di Kecamatan Parado untuk memperlancar acara perhelatan. Juga mengurangi beban pekerjaan pihak yang berhajat. Selam aini acara pernikahan tersebut ini dilaksanakan oleh panitia yang dibentuk keluarga.
Sebagaimana biasa, acara pernikahan di Bima didahului dengan pengajian yang dirangkaikan dengan ‘kapanca” pada tanggal 11 April 2024 malam
. Pengajian adalah tausiah agama yang berkaitan dengan pernikahan. Sementara “kapanca” adalah semacam menempelkan daun pacar pada jemari calon pengantin perempuan. Acara “kapanca” ini sama dengan “mappacci” yang dilakukan pengantin perempuan di Makassar.
Pesta pernikahan Uda-Amryn (panggilan akrab keduanya) berlangsung 12 April 2024 sore di lapangan bola Desa Kanca. Pada pagi hari diawali dengan pengantaran mahar oleh keluarga pengantin pria pada pukul 10.00. Akad dilaksanakan di lokasi resepsi pada pukul 14.00 Wita.
Pesta pernikahan ponakan Uda berlangsung meriah. Bupati Bima Hj Indah Damayanti Putri, S.E., M.IP, dan Wakil Bupati Bima Drs.H.M.Dahlan M.Nur juga menyempatkan diri hadir memberikan doa restu. Termasuk pula hadir Prof.Dr.Ahmad Thib Raya, M.A./Prof.Dr.Hj. Siti Musdah Mulia,M.A., Dr.Kaharuddin Sulkhad, M.Si, Staf Kantor Wapres RI dan Nyonya beserta sdaudara-saudaranya. Dr.Hamdan Zoelva, S.H.,M.H. hanya sempat hadir pada pagi hari setelah acara pengantaran mahar bersama anaknya Aufar beserta Istri dan anaknya, Aresh, dan putranya Adib.
Acara resepsi ini ternyata menimbulkan kemacetan yang luar biasa pada poros Desa Parado-Desa Kanca sepanjang 1,5 km. Pasalnya, kendaraan yang ke dan dari acara resepsi berpapasan pada jalan sempit. Acara salaman yang dimulai pada pukul 14.30 baru tuntas menjelang pukul 18.00. Banyak undangan yang hadir tanpa undangan karena ayah pengantin perempuan, Drs.Kaharuddin Abubakar, yang pernah menjabat kepala desa selama dua periode, pertama kali menikahkan anaknya dan satu-satunya pula.
Usai pesta Uda-Amryn, pada malam hari saya menghadiri pengajian atas pernikahan Ady Setiawan-Annisa Cantika, S.E., M.E. di Desa Paradorato. Akad pernikahan Anis-Ady dilaksanakan pagi hari Ahad 14 April 2024 pagi dan pesta dilaksanakan pada siang hari di lapangan bola Desa Paradorato Kecamatan Parado. Saya mewakili mempelai perempuan membawakan sambutan keluarga pada acara yang dihadiri Camat Parado Hamzah, S.Sos, Kapolsek, Danramil Parado, Abdul Latief, orang tua Rangga Muslim, pemain bola profesional yang juga merumput Bersama Ady Setiawan di Dewa United, Tangerang. Saat menyampaikan sambutan, saya sempat menguraikan perjalanan karier Ady Setiawan sejak dari Makassar hingga kini yang ternyata merupakan informasi baru bagi warga asal Desa Paradorato, tempat kelahiran Ady 10 September 1995. Ady merupakan putra kedua dari tiga bersaudara pasangan Abd.Rahman Usman (alm,) dengan Ny.Muktaman.
Ady sehari setelah pesta pernikahannya langsung terbang ke Surabaya karena Dewa United dijamu oleh Persebaya Surabaya, eks klub yang pernah dibelanya. Kemenangan besar Dewa United 3-0 atas tim Kota Pahlawan itu merupakan kado ulang tahun yang sangat berharga atas pernikahan Ady-Anis.
Sebelumnya, 13 April 2024, saya bersama istri dan adik-adik menghadiri acara pernikahan keluarga di Desa Soro, Kecamatan Lambu, di bagian timur Kabupaten Bima. Perjalanan ini menempuh jarak sekitar 100 km. Rombongan kami semula hendak memotong jarak dengan menyusuri pantai selatan, melalui Karumbu Kecamatan Langgudu. Namun saat hendak melintas pada sebuah jembatan di Desa Laju, beberapa laki-laki menggelar demo menutup ruas jalan dengan batang kayu sambal berorasi di tengah jalan. Mereka menyuarakan anjloknya harga jagung yang sampai menyentuh Rp 3.500 per kg yang dianggap merugikan petani. Demo ini sekaligus merugikan petani karena mereka tidak dapat mengangkut jagungnya karena terhalang aksi demo tersebut. Juga mobilitas transportasi umum mandek sama sekali.
Akibat demo tersebut, saya yang menumpang mobil Rush bersama sepupu Drs.H.Mahmud Fauzy dan dua mobil lainnya yang dikemudikan H.Abdul Karim dan H.Sofwan, S.H., M.Hum harus balik kanan dan Kembali ke pertigaan Simpasai dan menyusuri jalan total sejauh 100 km menuju Sape via Kota Bima.
Setelah memberikan doa restu kepada pasangan yang berbahagia, rombongan kembali ke Kota Bima usai menunaikan salat zuhur-asar yang dijama takdim di Masjid Raya Desa Woro Kecamatan Lambu. Pada malam hari, saya kembali ke kampung halaman lagi, Kanca. Pernikahan Ady Setiawan, pemain Dewa United, sudah menunggu 14 April 2024 pagi yang dilanjutkan dengan pesta pernikahan pada siang hari. Saya mendapat tugas memberikan sambutan mewakili keluarga mempelai pada pesta pernikahan di lapangan bola Parado tersebut.
Ady sehari usai duduk pesta langsung terbang ke Surabaya karena Dewa United akan dijamu kesebelasan Bajul Ijo yang juga eks timnya Ady di Stadion Gelora Bung Tomo 16 April 2024. Dewa United menang besar, 3-0. Meskipun tidak mencetak gol, kemenangan tersebut merupakan hadiah pernikahan Dewa United buat Ady dan Anis, istrinya. Selamat!. (Bersambung, M.Dahlan Abubakar).