Mahasiswa KKN Unhas Latih Petani Buat Pupuk Organik

MAKASSAR,FILALIN.COM, —ahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) Universitas Hasanuddin Gelombang 112 mengadakan sosialisasi dan pelatihan pembuatan pupuk organik sebagai solusi penggunaan pupuk kimia dilahan pertanian Desa Borongloe dengan menggunakan metode keranjang takakura yang merupakan program dengan berdasar pada tema Inovasi Teknologi Tepat Guna (ITTG). Pelatihan ini dilaksanakan sebanyak 6 kali pertemuan sejak 26 Juli 2024 hingga 14 Agustus 2024 bersama dengan mitra pelatihan yaitu Kelompok Tani Dusun Paku-pakua, Desa Borongloe, Kecamatan Pajukukang, Kabupaten Bantaeng.

Zan Azisah Asmal, anggota Tim KKNT UNHAS Gel.112 Desa Borongloe sekaligus penggagas dan penanggung jawab program kerja Pupuk Takakura dalam keterangannya di Borongloe, mengatakan dalam rangkaian pertemuan program ini mereka memberikan edukasi mengenai kelebihan pupuk organik dan manfaat metode keranjang takakura dari segi efisiensi pembuatan yang menggunakan bahan terjangkau serta kebermanfaatan pupuk takakura dalam pengurangan sampah organik hasil rumah tangga.

”Sejauh ini masyarakat Desa Borongloe yang merupakan masyarakat pesisir membuang sampah keseharian mereka dilaut. Belum ada TPA disini. Selain itu, petani juga mengeluh karena harga pupuk yang selalu naik. Sehingga kami dari tim KKN merasa pupuk takakura adalah solusi yang baik untuk kedua problem tersebut” keterangan Zan Azisah Asmal.

Ia juga menjelaskan proses program ini dimulai dengan mengajarkan petani di Dusun Paku-Pakua membuat Cairan Mikroorganisme Lokal (MOL) sebagai bahan dasar utama pengembangbiakan bakteri dalam media pupuk takakura. Cairan ini menggunakan makanan dan minuman fermentasi serta sampah kulit buah dan sayuran.

Pada pertemuan selanjutnya, dilaksanakan pembuatan Tempat Pengembangbiakan Bakteri (TPB) di Sekretariat Dusun Paku-Pakua dengan menggunakan Cairan Mol yang telah dibuat dan difermentasi selama 3 hari dan mencampurkan bahan lainnya (Tanah Humus, Dedak Jagung dan Sekam) kedalam media yaitu keranjang.

Dalam tahap berikutnya sampah organik dimasukkan kedalam TPB secara berkala selama 5 hari berturut-turut dan didiamkan selama 10 hari agar fermentasi sampah organik dalam TPB dapat menghasilkan pupuk yang sempurna. Panen Pupuk Takakura buatan tim KKNT UNHAS Desa Borongloe bersama mitra yaitu Kelompok Tani Paku-Pakua dilaksanakan pada tanggal 14 Agustus 2024 dan menghasilkan 10 kg pupuk organik takakura. Percobaan penggunaan pupuk dimulai pada tanaman cabai milik petani di Dusun Paku-Pakua. Selain itu, pada hari yang sama tim KKNT UNHAS Desa Borongloe bersama Kelompok Tani Dusun Paku-Pakua membuat Pupuk Takakura lainnya sebanyak 3 keranjang yang diperkirakan akan menghasilkan kurang lebih 15 kg pada 20 hari kedepan dengan menggunakan proses yang sama seperti pupuk sebelumnya.

”Pelatihan yang seperti ini yang kita mau sebenarnya. Sering sekali ada sosialisasi tapi tidak ada pratiknya toh, jadi kita ini bingungji mau mulai bagaimana. Tauji bikin pupuk kompos tapi tidak tau bikinnya mau mulai bagaimana kalau tidak didampingi. Alhamdulillah, sekarang sudah kita lihatmi pupuk kompos pakai keranjang yang diajari adek-adek UNHAS ini sudah jadi. Karena diajari dari awal, jadi kita tahu caranya, sudah ada alat-alatnya juga jadi bisa kita teruskan bikin untuk nanti-nanti” keterangan Amman selaku anggota Kelompok Tani Paku-Pakua.

Masyarakat Dusun Paku-Pakua yang mayoritas bekerja sebagai petani merasa terbantu dengan adanya inovasi pupuk keranjang takakura yang merupakan program dari Mahasiswa KKNT UNHAS Gelombang 112 Desa Borongloe. Dengan itu diharapkan kelompok tani Dusun Paku-Pakua dapat membuat lebih banyak pupuk organik takakura sebagai bentuk keberlanjutan program dan dapat menjadi solusi dari meningkatnya harga pupuk saat ini. Selain itu, diharapkan juga kelompok Tani Paku-Pakua dapat menjadi contoh dan perpanjangan tangan dari tim KKNT UNHAS Gelombang 112 Desa Borongloe untuk mengedukasi dan memberikan pelatihan kepada kelompok tani lainnya yang ada di Desa Borongloe untuk membuat pupuk organik dengan menggunakan metode keranjang takakura sebagaimana pelatihan yang telah diberikan oleh Mahasiswa UNHAS. (*)