Sektor Jasa Keuangan Sulampapua Terjaga Stabil Dengan Kinerja Baik

Ojk

MAKASSAR,FILALIN.COM, — Kantor OJK Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat menilai stabilitas Sektor Jasa Keuangan di wilayah Sulampua masih terjaga stabil dengan kinerja yang baik tercermin dari pertumbuhan positif pada sektor perbankan, pasar modal dan Industri Keuangan Non Bank (IKNB). Hal ini juga sejalan dengan kondisi sektor jasa keuangan secara nasional yang dinilai terjaga stabil didukung oleh tingkat permodalan yang kuat dan likuiditas memadai di tengah ketidakpastian global akibat tensi geopolitik serta perlambatan perekonomian global.

Pada posisi Juli 2024, Kantor OJK Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (Sulsel Sulbar) mencatatkan kinerja industri perbankan di wilayah Sulampua yang tumbuh pada Total Aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Kredit masing-masing sebesar 6,69 persen, 5,53 persen dan 8,82 persen secara year on year (yoy) dengan tingkat intermediasi Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 124,19 persen dengan Non Performing Loan (NPL) yang terjaga di angka 2,58 persen.
Pada sektor pasar modal, terdapat pertumbuhan Single Investor Identification (SID) yang signifikan di wilayah Sulampua pada posisi Juni 2024 yaitu sebesar 39,69 persen (yoy) atau mencapai 883.690 SID. Instrumen investasi masih didominasi oleh Reksadana dengan porsi dan pertumbuhan tertinggi.
Perkembangan industri keuangan non-bank (IKNB) di wilayah Sulampua juga turut menunjukkan pertumbuhan pada posisi Juni 2024 (yoy). Hal ini tercermin dari total piutang perusahaan pembiayaan yang tumbuh sebesar 12,18 persen menjadi 42,01 triliun, total pembiayaan modal ventura tumbuh sebesar 3,45 persen menjadi Rp688 miliar, pembiayaan yang disalurkan pergadaian tumbuh sebesar 35,05 persen menjadi 17,48 triliun dan total outstanding pinjaman fintech peer to peer lending yang tumbuh sebesar 61,92 persen menjadi Rp3,97 triliun dengan tingkat wanprestasi yang terjaga yaitu sebesar 1,72 persen.
Sejalan dengan kinerja di wilayah Sulampua, perkembangan sektor jasa keuangan di Sulawesi Selatan juga turut menunjukkan kinerja yang baik.
Perkembangan Sektor Perbankan
Total aset perbankan di Sulawesi Selatan posisi Juli 2024 tumbuh 8,17 persen (yoy) dengan nominal mencapai Rp198,09 triliun. Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 7,40 persen (yoy) dengan nominal mencapai Rp132,14 triliun. Adapun kredit yang disalurkan tumbuh sebesar 8,35 persen (yoy) dengan nominal mencapai Rp161,53 triliun. Penyaluran kredit di Sulawesi Selatan masih didominasi oleh penyaluran kredit produktif sebesar 55,09 persen. Jika dilihat berdasarkan sektor ekonomi, kredit paling banyak disalurkan pada sektor perdagangan besar dan eceran dengan porsi sebesar 23,76 persen mencapai 38,38 triliun.

Kinerja intermediasi perbankan Sulsel terjaga dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) 124,58 persen dan tingkat rasio kredit bermasalah berada di level aman 3,02 persen.
(dalam juta rupiah)

Perbankan Syariah turut menunjukkan pertumbuhan yang lebih tinggi pada posisi Juli 2024. Hal ini tercermin dari aset perbankan syariah yang tumbuh sebesar 18,55 persen (yoy) menjadi Rp15,38 triliun, dengan penghimpunan DPK yang tumbuh sangat tinggi 23,17 persen menjadi Rp11,13 triliun dan penyaluran pembiayaan yang juga tumbuh sebesar 17,46 persen (yoy) menjadi Rp13,09 triliun. Tingkat intermediasi perbankan Syariah juga berada pada level 117,65 persen dengan tingkat NPF pada level aman 2,31 persen.
(dalam juta rupiah)

Realisasi kredit kepada UMKM di Sulsel tumbuh sebesar 6,56 persen (yoy) menjadi Rp60,92 triliun dengan share sebesar 38,46 persen dari total kredit yang disalurkan Bank Umum di Sulawesi Selatan. Pertumbuhan tertinggi terdapat pada kredit usaha mikro 12,89 persen (yoy) menjadi Rp34,22 triliun dengan share sebesar 56,16 persen dari total kredit UMKM. Secara total, kredit UMKM telah disalurkan kepada 910.577 debitur.

(dalam juta rupiah)

Perkembangan Pasar Modal
Total SID investor pasar modal di Sulawesi Selatan pada posisi Juni 2024 mencapai 367.613 SID atau tumbuh sebesar 35,82 persen dibandingkan posisi Juni 2023 yang tercatat sebesar 270.669 SID. Dari total investor pasar modal tersebut, yang terbanyak adalah investor reksa dana mencapai 352.004 SID atau tumbuh sebesar 37,32 persen dibandingkan posisi Juni 2023. Adapun nilai transaksi saham di Sulawesi Selatan sampai dengan Juni 2024 sebesar Rp9,36 triliun.

*Data SID bukan merupakan penjumlahan dari masing-masing SID (saham, reksadana dan SBN). Setiap investor hanya memiliki 1 (satu) SID untuk beragam efek di Pasar Modal.
Dalam rangka mendorong perluasan inklusi keuangan Pasar Modal untuk semakin mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di Indonesia maupun di Sulawesi Selatan, OJK telah menyelenggarakan kegiatan Sosialisasi dan Edukasi Pasar Modal Terpadu (SEPMT) Tahun 2024 di Provinsi Sulawesi Selatan dalam bentuk kuliah umum di Universitas Negeri Makassar (UNM) pada 9 Agustus 2024 yang dihadiri oleh Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon (KE PMDK), Anggota Badan Supervisi (BS) OJK Bidang Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital dan Aset Kripto serta Civitas Akademika UNM sebanyak 700 peserta.
Perkembangan Sektor IKNB
Perkembangan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) di Sulawesi Selatan posisi Juni 2024 (yoy) juga menunjukkan kinerja positif pada beberapa industri. Kinerja perusahaan pembiayaan mampu tumbuh positif, tercermin dari total piutang pembiayaan yang tumbuh 13,05 persen menjadi Rp18,52 triliun. Begitu pula dengan peningkatan jumlah outstanding pinjaman pada fintech peer to peer lending yang tumbuh sebesar 56,72 persen menjadi Rp1,48 triliun dengan tingkat wanprestasi yang terjaga yaitu sebesar 2,16 persen. Selain itu, total aset dana pensiun juga menunjukkan pertumbuhan sebesar 18,22 persen menjadi 1,59 triliun.

Perkembangan Edukasi dan Pelindungan Konsumen

Sejak Januari sampai dengan Agustus 2024, Kantor OJK Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat telah melaksanakan 568 kegiatan edukasi kepada masyarakat dengan jumlah peserta 79.282 orang yang terdiri dari pelaku UMKM, ibu rumah tangga, ASN, komunitas, difabel, mahasiswa, maupun pelajar.

Data layanan konsumen sejak Januari s.d. Agustus 2024 terdapat 316 layanan konsumen yang terdiri dari 90 layanan pengaduan, 103 pemberian informasi, dan 123 penerimaan informasi. Dari total layanan konsumen tersebut sebanyak 202 layanan terkait perbankan, 84 layanan terkait perusahaan pembiayaan, 13 layanan Non LJK, 8 layanan terkait asuransi, 5 layanan terkait fintech, 2 dana pensiun, 1 terkait pasar modal, dan 1 terkait pergadaian. Sedangkan, untuk SLIK sejak Januari hingga 31 Agustus 2024 terdapat 6.145 layanan. (*)