Pasar Minasamaupa, Gerbang Tak Kasat Mata di Tengah Kota Sungguminasa

GOWA,SULSEL,FILALIN.COM, – Di siang hari, Pasar Minasamaupa tampak biasa saja. Ramai, penuh suara tawar-menawar, dan hiruk-pikuk orang-orang yang mencari nafkah. Tapi begitu malam menjelang… pasar ini berubah. Seolah-olah ada dunia lain yang mengambil alih.

 

Warga sekitar sudah lama menyebutnya “pasar dua alam”. Tak sedikit yang percaya, Pasar Minasamaupa bukan cuma tempat jual beli manusia, tapi juga persimpangan antara dunia nyata dan gaib.

 

Salah satu cerita paling menyeramkan datang dari pedagang bumbu dapur bernama Ibu Sitti. Suatu malam, ia kembali ke pasar karena lupa menyimpan timbangan dagangannya. Saat melangkah ke kios, suasana terasa janggal. Pasar yang biasanya gelap, justru terang dengan cahaya temaram kekuningan. Dan di tengah lorong pasar… ada deretan orang yang sedang berjualan, tapi wajah mereka pucat, mata kosong, dan tubuhnya tak menyentuh tanah.

 

“Aku seperti melihat pasar dari zaman dulu… pedagangnya bukan orang yang kukenal. Dan saat aku coba bicara, semua berhenti dan menoleh bersamaan ke arahku. Aku langsung lari terbirit-birit!” kisahnya dengan suara bergetar.

 

Cerita itu bukan satu-satunya. Beberapa penjaga malam mengaku sering mendengar suara orang menangis dari dalam kamar mandi pasar yang sudah lama dikunci karena sering terjadi kerasukan. Suara itu terdengar lirih, seperti gadis kecil minta tolong. Tapi ketika dicari… tak ada siapa-siapa.

 

Ada pula kisah penjual ayam yang mengaku pernah menjual dagangannya ke seorang ibu berjubah hitam. Tapi setelah transaksi selesai dan ia membuka laci, uang yang tadi diberikan berubah menjadi daun kering penuh darah.

 

Konon, dulunya lokasi pasar ini adalah tanah keramat, tempat orang-orang zaman dulu menjalankan ritual tertentu. Ada cerita tentang sumur tua yang kini sudah ditutup dengan semen, diyakini sebagai “jalan masuk” bagi makhluk halus penjaga tempat itu. Banyak yang bilang, siapa pun yang berdagang tanpa izin “penghuni lama”, akan terus-menerus mengalami nasib buruk.

 

“Kalau kamu datang ke pasar ini subuh-subuh atau lewat tengah malam, jangan sembarang panggil nama orang. Kalau kamu dengar ada yang menyahut… belum tentu itu manusia,” ucap Andi, satpam yang dikenal berani.

 

Kini, cerita-cerita itu jadi semacam rahasia umum di kalangan warga Gowa. Pasar Minasamaupa tetap berdiri, tetap hidup. Tapi bagi mereka yang peka… bisik-bisik gaib dan tatapan dari balik bayangan lorong pasar, jadi pengingat bahwa tidak semua yang terlihat itu benar-benar dari dunia kita. (*)