MAKASSAR,FILALIN.COM, –Perubahan zaman bergerak begitu cepat. Dunia yang dulu terhubung lewat surat kini berganti menjadi dunia yang terkoneksi lewat sentuhan jari. Di tengah transformasi digital yang makin pesat, salah satu tantangan terbesar adalah bagaimana membangun masyarakat yang tidak hanya cakap teknologi, tetapi juga melek ekonomi.
Dalam hal ini, peran bank sentral seperti Bank Indonesia (BI) menjadi sangat krusial. Tidak hanya mengatur stabilitas moneter dan sistem pembayaran, tetapi juga turut berkontribusi dalam membentuk warga negara cerdas secara finansial—smart citizen—yang adaptif menghadapi tantangan ekonomi digital.
Masyarakat Melek Ekonomi, Bukan Sekadar Menghitung Uang
“Melek ekonomi bukan berarti bisa menghitung kembalian saat belanja,” ujar Prof Marzuki DEA , ekonom dari Universitas Hasanuddin Sabtu (31/5/2025). Menurutnya, pemahaman dasar tentang inflasi, suku bunga, nilai tukar, hingga digitalisasi sistem pembayaran menjadi hal yang semakin penting di era sekarang.
Bank Indonesia melalui berbagai program edukasi publik terus mendorong agar masyarakat memahami cara kerja ekonomi secara lebih luas. Program seperti Yuk Kenal Bank Indonesia, BI Goes to School, dan kampanye QRIS untuk Semua menjadi jembatan antara kebijakan moneter dengan kehidupan sehari-hari masyarakat.
Edukasi ini menyasar semua kalangan—dari pelajar, mahasiswa, pelaku UMKM, hingga ibu rumah tangga. Semua punya peran untuk menjadi bagian dari masyarakat yang melek ekonomi.
QRIS dan Gaya Hidup Digital
Salah satu contoh nyata kontribusi BI dalam membentuk masyarakat adaptif adalah dengan mengembangkan sistem pembayaran berbasis Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). Hanya dengan memindai kode, transaksi bisa berlangsung cepat, aman, dan tanpa kontak fisik.
Di warung kopi, pedagang kaki lima, hingga pusat perbelanjaan, QRIS menjadi alat pembayaran yang makin digemari. Tak hanya praktis, penggunaannya juga membuka jalan menuju inklusi keuangan yang lebih luas.
“Dulu saya takut buka rekening, sekarang cukup pakai dompet digital dan QRIS, saya bisa transaksi seperti orang kota,” ujar Ani, pedagang sayur di pasar tradisional di Gowa, Sulawesi Selatan.
QRIS adalah contoh nyata bagaimana teknologi bisa mendekatkan masyarakat dengan sistem keuangan formal, bahkan mereka yang sebelumnya tidak tersentuh layanan perbankan sekalipun.
Smart Citizen: Lebih dari Sekadar Digital Savvy
Namun, menjadi smart citizen bukan hanya tentang bisa menggunakan aplikasi atau paham cara top up dompet digital. Lebih dari itu, smart citizen adalah mereka yang bisa mengambil keputusan ekonomi yang bijak dan bertanggung jawab di tengah banjir informasi dan tawaran konsumtif.
“Sekarang ini semua orang bisa kredit barang lewat aplikasi, tapi tidak semua tahu cara mengelola utang. Ini yang membuat literasi keuangan makin penting,” jelas Dedy Gunawan, analis kebijakan publik.
BI bekerja sama dengan OJK, Kemendikbudristek, dan berbagai lembaga lainnya untuk mendorong integrasi literasi keuangan ke dalam pendidikan formal. Upaya ini dilakukan agar sejak dini, generasi muda terbiasa dengan pola pikir produktif dan pengelolaan keuangan yang sehat.
Adaptif terhadap Perubahan Global
Dunia terus berubah. Geopolitik mempengaruhi harga barang. Nilai tukar berdampak pada harga beras di pasar. Perubahan iklim memengaruhi komoditas. Semua saling terkait. Dalam situasi seperti ini, kemampuan masyarakat untuk memahami konteks ekonomi global menjadi penting.
BI kerap merilis outlook perekonomian nasional dan global secara rutin. Tak hanya menjadi konsumsi kalangan akademik dan investor, tetapi juga dibuat mudah dipahami publik. Upaya ini untuk memperkuat daya tahan masyarakat menghadapi gejolak ekonomi yang tak terduga.
“Kami ingin masyarakat tidak panik saat mendengar kata inflasi, tapi justru paham bagaimana menghadapinya,” kata Gubernur BI Sulsel Rizki Ermadi Wimanda dalam sebuah forum media.
Kolaborasi: Kunci Mewujudkan Masyarakat Ekonomik Cerdas
Peran bank sentral tidak bisa berjalan sendiri. Kolaborasi antara regulator, dunia pendidikan, media, dan masyarakat adalah kunci utama. Media digital pun mengambil bagian penting sebagai penyampai informasi yang cepat dan dapat dipercaya.
Melalui konten edukatif, video pendek, dan infografik yang mudah dicerna, pesan-pesan tentang ekonomi kini bisa menjangkau lebih banyak lapisan masyarakat.
Anak muda, yang dikenal sebagai digital native, menjadi target utama dalam transformasi ini. Tak heran, berbagai kompetisi vlog, podcast ekonomi, hingga hackathon finansial makin marak digelar.
Menuju Masa Depan yang Lebih Cerdas
Mewujudkan masyarakat yang melek ekonomi dan adaptif terhadap perubahan bukanlah pekerjaan semalam. Dibutuhkan upaya sistemik, konsisten, dan berkelanjutan. Namun, dengan fondasi yang kuat dan kolaborasi semua pihak, bukan tidak mungkin Indonesia akan tumbuh menjadi bangsa yang tangguh secara finansial.
Peran bank sentral dalam mendesain kebijakan moneter yang inklusif, memajukan sistem pembayaran digital, serta mendorong literasi ekonomi menjadi pilar penting dalam membentuk masyarakat cerdas di era digital.
Karena pada akhirnya, negara yang kuat bukan hanya karena sumber daya alamnya, tetapi karena rakyatnya yang sadar dan paham cara kerja ekonominya. (*)