Suriani dan Kulit Semangka: Perempuan Pattingalloang yang Mengubah Limbah Jadi Cuan

MAKASSAR,FILALIN.COM, — Di sebuah rumah produksi sederhana di Kelurahan Pattingalloang, Kecamatan Ujung Tanah, aroma sedap keripik gurih memenuhi udara. Suaranya renyah ketika digigit, rasanya gurih dan sedikit manis. Siapa sangka, camilan ini berasal dari kulit semangka—bagian buah yang selama ini sering berakhir di tempat sampah.

 

Adalah Suriani (42), Ketua UMKM Srikandi, yang memimpin proses kreatif pengolahan kulit semangka itu. Bersama sembilan perempuan lain, ia mengikuti pelatihan pengolahan limbah pangan yang diselenggarakan Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).

 

Pelatihan ini menjadi angin segar bagi Suriani dan kelompoknya. “Dulu kami hanya tahu kulit semangka itu limbah, tidak ada gunanya. Tapi lewat pelatihan ini, kami bisa olah jadi camilan yang enak dan punya nilai jual,” ujar Suriani dengan mata berbinar.

para anggota UMKM Srakandi Kelurahan Pattingalloang, Kecamatan Ujung Tanah, sedang mengolah kulit semangka jadi kripik.

Sebelumnya, UMKM Srikandi telah dikenal karena kreativitasnya mengolah limbah pangan seperti kulit pisang dan kulit udang menjadi camilan basreng. Kini, inovasi mereka bertambah satu lagi: keripik kulit semangka—produk baru yang tak hanya ramah lingkungan, tapi juga membuka peluang baru untuk penghasilan keluarga.

 

“Dari rumah produksi kecil ini, kami ingin tunjukkan bahwa limbah bukan akhir dari segalanya. Justru di situ bisa jadi awal rejeki,” kata Suriani sembari menunjukkan kemasan produk barunya yang berlabel “Kripik Kulit Semangka Srikandi”.

ibu-ibu anggota UMKM Srikandi saat mendapat pelatih mengolah limbah pangan jadi kripik

Pelatihan yang berlangsung selama tiga hari itu tidak hanya mengajarkan teknik produksi, tetapi juga aspek pengemasan, pemasaran digital, hingga manajemen usaha skala kecil. Dukungan dari Pertamina Patra Niaga tak hanya berhenti di pelatihan. Sarana produksi yang digunakan UMKM Srikandi juga merupakan bagian dari dukungan berkelanjutan perusahaan.

 

Tengku Muhammad Rum, Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi, menjelaskan bahwa inisiatif ini tidak hanya bertujuan meningkatkan daya saing UMKM, tapi juga membentuk kesadaran baru tentang pengelolaan limbah rumah tangga.

 

“Program ini menyasar pemberdayaan perempuan agar menjadi agen perubahan di komunitasnya, terutama dalam menciptakan nilai tambah dari sesuatu yang dianggap tak berguna. Ini juga bagian dari komitmen kami dalam mendukung SDGs, termasuk pengurangan limbah, pertumbuhan ekonomi, dan penguatan peran perempuan,” ujar Tengku.

 

Bagi Suriani, dampaknya terasa langsung. “Hasil dari penjualan keripik ini kami gunakan untuk menambah biaya sekolah anak, bantu kebutuhan rumah tangga. Bahkan ada yang bisa mulai menabung,” katanya sambil tersenyum.

 

Kini, kelompok UMKM Srikandi sedang bersiap mengurus sertifikasi produk dan mencoba menembus pasar online. Mereka yakin, dengan kualitas rasa dan cerita di balik setiap potongan keripik, konsumen akan tertarik.

 

“Semoga camilan kami bisa masuk ke toko oleh-oleh, minimarket, bahkan kafe. Kami percaya, dari limbah, bisa lahir masa depan,” tutup Suriani.

 

Dari balik dapur kecilnya di pesisir Makassar, Suriani dan kawan-kawan membuktikan bahwa semangat berdaya dan cinta lingkungan bisa berjalan seiring. Bahwa perubahan besar bisa dimulai dari hal kecil—bahkan dari kulit semangka yang dulu dianggap tak berguna. (*)