Outlook Ekonomi Sulsel 2025 :Sulawesi Selatan Tumbuh 5,84%

CAPTION : Kepala BI Sulsel Rizki Ernadi Wimand (kemeja merah) saat berbicara dalam bincang media outlook ekonomi sulsel Senin (17/11).Foto : ist 2. Bp. Ricky Satria (Deputi Kepala Perwakilan BI Prov. Sulsel) 3. Bp. Oki Hermansyah (Ekonom Ahli) 4. Bp. Aswin Gantina (Kepala Divisi)

MAKASSAR,FILALIN.COM, — Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan menggelar Bincang Media Outlook Ekonomi Sulsel 2025 dengan menghadirkan empat narasumber utama:

Rizki Ernadi Wimanda, Kepala Perwakilan BI Provinsi Sulsel

Ricky Satria, Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi Sulsel

Oki Hermansyah, Ekonom Ahli

Aswin Gantina, Kepala Divisi

Dalam sesi pemaparan, para narasumber menjabarkan perkembangan ekonomi global, nasional, hingga kondisi ekonomi terkini di Sulawesi Selatan, termasuk kesiapan sistem pembayaran menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru).

Ketidakpastian Global Masih Tinggi

Kepala Perwakilan BI Sulsel, Rizki Ernadi Wimanda, menjelaskan bahwa perekonomian global sepanjang 2024–2025 masih dinaungi ketidakpastian yang tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh meningkatnya geopolitical risk index, trade policy uncertainty, dan economic policy uncertainty dibanding tahun sebelumnya.

“Pertumbuhan ekonomi global 2025 diperkirakan naik tipis dari 3% menjadi 3,1%, terutama karena perbaikan ekonomi Tiongkok di triwulan III berkat stimulus fiskal,” kata Rizki.

Namun, pertumbuhan ekonomi negara maju seperti Jepang, Eropa, dan India masih lemah.

Di Amerika Serikat, lanjutnya, ekonomi melemah akibat kondisi ketenagakerjaan yang belum pulih. Tingkat pengangguran meningkat, sementara bank sentral AS kembali menurunkan suku bunganya. “Implied rate Fed Fund Futures terus menurun, begitu pula yield US Treasury,” jelasnya.

Tingginya ketidakpastian global membuat aliran modal ke pasar negara berkembang (emerging markets) terbatas, dolar AS melemah ke posisi indeks 98,6%, dan harga emas naik signifikan.

Ekonomi Nasional Stabil di Level 5 Persen

Rizki memaparkan bahwa ekonomi Indonesia triwulan III 2024 tumbuh 5,04%, sedikit melambat dari triwulan sebelumnya (5,12%), namun masih stabil di kisaran 5 persen dalam beberapa tahun terakhir.

“Pergerakan ekonomi nasional relatif datar di angka 4,9–5,1 persen. Ini menunjukkan perlunya terobosan agar Indonesia bisa tumbuh lebih tinggi,” ujarnya.

Dari sisi pengeluaran, hampir seluruh komponen melambat kecuali konsumsi pemerintah. Dari sisi lapangan usaha, hanya sektor pertanian dan jasa pendidikan yang menunjukkan peningkatan.

Inflasi nasional berada di posisi 2,9% (yoy), masih dalam rentang sasaran 2,5±1%.

Sulawesi Selatan Tumbuh 5,84%

Di tingkat kawasan, Sulawesi Selatan menjadi kontributor pertumbuhan tertinggi di Pulau Sulawesi.

“Sulawesi tumbuh 5,84%. Share pertumbuhan Sulawesi Selatan berada di posisi pertama dengan kontribusi 2,23%,” jelas Rizki.

Pertumbuhan ekonomi Sulsel triwulan III naik namun hanya secara marginal. “Rangenya konsisten di sekitar 5 persen sejak 2022. Bahkan di akhir 2023 pernah turun di bawah 4 persen,” ungkapnya.

Penggerak pertumbuhan utama Sulsel berasal dari konsumsi rumah tangga dan investasi.

Nilai tukar rupiah secara nasional juga menguat 0,45% (ptp) menjadi Rp16.585 per dolar AS (per 21 Oktober), sementara cadangan devisa menurun namun masih aman untuk pembiayaan impor dan utang luar negeri hingga 6 bulan.

BI Pastikan Kesiapan Uang Kartal Jelang Natal dan Tahun Baru

Sementara itu, Ricky Satria, Deputi Kepala Perwakilan BI Sulsel, menjelaskan kesiapan uang kartal jelang Natal dan Tahun Baru.

“Kemarin kami sudah berdiskusi dengan perbankan. Transaksi tunai maupun non-tunai saat Nataru diperkirakan meningkat, dan semuanya sudah kami siapkan. InsyaAllah lancar,” jelas Ricky.

BI juga memperkuat layanan kas keliling, terutama di wilayah dengan aktivitas transaksi tinggi seperti Makassar dan daerah penyangga. Selain itu, layanan penitipan kas (Takasitipan) diperkuat di Bulukumba, Palopo, Parepare, dan Malili.

Ricky mengungkapkan BI Sulsel juga rutin menyambangi pulau-pulau di daerah timur Sulsel, termasuk Pulau Katala, Sincing, dan Selayar. “Kualitas uang di pulau-pulau tersebut cukup rendah sehingga BI harus hadir untuk memastikan uang layak edar,” ujarnya.

Pemusnahan Uang Palsu dan Edukasi 3D & 5G

Ricky juga menegaskan komitmen BI dalam pemberantasan uang palsu.

“Tahun ini kami memusnahkan uang palsu yang sudah lima tahun belum dimusnahkan. Ini yang kedua kalinya di Indonesia,” katanya.

Kasus yang sempat viral di Hoat dan Gowa, yang melibatkan sekitar 15 pelaku, telah tuntas dan semua telah dijatuhi hukuman.

BI juga memperkuat edukasi mengenai ciri-ciri keaslian rupiah melalui pelatihan ke guru-guru dan masyarakat luas.

“Tahun ini kami melatih 2.190 guru, dan mereka menyampaikan edukasi kepada murid SD dan SMP,” jelas Ricky.

Kegiatan edukasi dilakukan baik secara offline—hingga lebih dari 403 kali—maupun online melalui lebih dari 850 konten edukatif dengan total engagement mendekati 300 juta interaksi.

Selain itu, BI menjalankan program Non-Stop Education di 10 kabupaten dan akan dievaluasi pada tahun mendatang.

Transaksi Valas di Money Changer Mengalami Penurunan

Dalam kesempatan yang sama, BI Sulsel memaparkan data transaksi valuta asing (valas) pada lembaga penukaran uang (KUPVA) non-bank di Sulsel, yang jumlahnya mencapai 4 penyelenggara dengan sekitar 21 kantor layanan.

“Mata uang yang paling banyak dibeli masyarakat adalah dolar AS, disusul dolar Singapura,” jelas Ricky.

Transaksi valas menurun sejalan dengan kondisi ekonomi serta tidak adanya pelaksanaan ibadah haji di tahun ini.

Namun BI memperkirakan transaksi akan kembali meningkat pada akhir tahun.

Harapan: Ekonomi Sulsel Makin Tangguh di 2025

Menutup diskusi, BI Sulsel berharap perekonomian daerah mampu tumbuh lebih kuat tahun depan di tengah ketidakpastian global.

“Cash transaction dan indikator lainnya mulai menunjukkan tren menurun. Harapannya, Sulawesi Selatan akan semakin baik ke depan,” pungkas Ricky. (*)