JAKARTA,FILALIN.COM, – Industri pasar modal Indonesia menunjukkan tren pertumbuhan positif hingga akhir kuartal pertama 2025. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), nilai Asset Under Management (AUM) tercatat sebesar Rp811,97 triliun per 27 Maret 2025. Angka ini mencerminkan kenaikan sebesar 0,45 persen secara month-to-date (mtd), meskipun mengalami penurunan 3,71 persen secara year-to-date (ytd).
Sementara itu, Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana tercatat sebesar Rp493,91 triliun, meningkat 0,75 persen mtd dan hanya mengalami sedikit koreksi sebesar 1,07 persen ytd. Dari sisi aliran dana, reksa dana masih mencatatkan net subscription sebesar Rp0,92 triliun secara mtd dan Rp1,35 triliun secara ytd.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, menyampaikan optimisme terhadap perkembangan sektor pasar modal nasional.
“Kami melihat stabilitas dan daya tarik pasar modal Indonesia masih terjaga, tercermin dari pertumbuhan dana kelolaan serta minat investor yang tetap tinggi di tengah dinamika global,” ujar Inarno dalam keterangan tertulis, Jumat (28/3).
Penghimpunan Dana dan Potensi Emiten Baru
OJK juga mencatat bahwa nilai Penawaran Umum hingga akhir Maret 2025 mencapai Rp57,68 triliun, termasuk Rp3,24 triliun dari 5 emiten baru. Selain itu, terdapat 155 pipeline penawaran umum dengan nilai indikatif mencapai Rp72,54 triliun yang berpotensi menambah semarak pasar modal dalam waktu dekat.
“Banyaknya perusahaan yang bersiap masuk ke bursa menandakan kepercayaan yang kuat terhadap iklim investasi kita,” tambah Inarno.
Pertumbuhan Sektor Alternatif dan Inovatif
Untuk sektor Securities Crowdfunding (SCF), sejak peraturan diberlakukan hingga 26 Maret 2025, telah ada 18 penyelenggara resmi yang terdaftar di OJK. Dari platform tersebut, tercatat 785 penerbitan efek oleh 503 penerbit, dengan melibatkan 177.717 pemodal dan total dana yang dihimpun mencapai Rp1,49 triliun.
Di sisi lain, pasar derivatif keuangan juga menunjukkan geliat. Sepanjang periode 2 Januari hingga 31 Maret 2025, volume transaksi mencapai 571.610 lot dengan akumulasi nilai sebesar Rp710,63 triliun. Terdapat 31 pelaku dan 5 penyelenggara yang telah mengantongi izin prinsip dari OJK.
Bursa Karbon: Inisiatif Hijau yang Mulai Tumbuha
Dalam perkembangan Bursa Karbon sejak peluncurannya pada 26 September 2023, OJK mencatat total volume perdagangan sebesar 1.598.693 ton CO₂ ekuivalen (tCO₂e), dengan nilai transaksi sebesar Rp77,91 miliar hingga 27 Maret 2025. Jumlah pengguna jasa yang telah mengantongi izin mencapai 111 entitas.
“Kami terus mendorong pengembangan instrumen berkelanjutan seperti bursa karbon sebagai bagian dari komitmen mendukung transisi energi dan pembangunan hijau,” pungkas Inarno. (*)