FILALIN, MAKASSAR – BMKG Wilayah IV Makassar memprediksi wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel) masih akan dilanda cuaca ekstrem berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang berpotensi memicu bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor hingga 5 Januari 2023 mendatang.
“Sampai data terakhir, hujan sedang hingga lebat masih masih berpotensi terjadi hingga tanggal 5 Januari 2023,” kata prakirawan BMKG Wilayah IV Makassar, Asriani Idrus, Rabu (29/12/22).
Menurut Asriani, beberapa faktor yang memicu cuaca buruk di sejumlah wilayah Sulsel, diantaranya pertemuan angin di laut Jawa, munson Asia, dan tekanan rendah di utara Australia, dampak cuaca buruk umumnya terjadi di wilayah Sulsel bagian barat dan bagian selatan.
“Bagian barat itu meliputi Pinrang, Parepare, Barru, Pangkep, Maros, Makassar, Gowa, dan Bantaeng. Sedangkan bagian selatan itu meliputi Jeneponto, Takalar, dan Kepulauan Selayar,” terangnya.
Olehnya itu, ia mengimbau masyarakat di daerah tersebut untuk selalu waspada.
“Hujan sedang hingga lebat disertai angin kencang dan gelombang tinggi itu dapat mengakibatkan banjir, pohon tumbang, dan keterlambatan transportasi,” jelasnya.
Selain hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, Asriani juga memprakirakan akan terjadi gelombang tinggi di perairan pesisir Sulsel bagian barat dan selatan hingga akhir tahun.
“Ketinggian gelombang diprediksi bisa mencapai 1,25 meter hingga 6 meter,” ujarnya.
Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga mengingatkan masyarakat agar tidak ngotot pergi berwisata atau liburan akhir tahun apabila cuaca ekstrem seperti hujan deras, banjir, dan badai.
Terpisah Kepala BNPB, Suharyanto mengatakan, masyarakat harus waspada bencana dan mengutamakan keselamatan saat liburan akhir tahun.
“Bisa disampaikan ke masyarakat, boleh saja berwisata, boleh saja berlibur, tetapi lihat cuaca dan kondisi. Jangan maksa. Kalau sudah hujan, ya berhenti. Kalau berada di kerendahan, lari ke ketinggian. Kalau di tempat yang sempit, sembunyi di tempat terbuka,” kata Suharyanto.
Ia mengingatkan, Indonesia merupakan salah satu negara yang berada di area rawan bencana. Dengan demikian, bencana hidrometeorologi dan bencana lainnya berpotensi terjadi setiap saat.
Ia menyinggung soal bencana alam gempa bumi yang melanda Kabupaten Cianjur beberapa pekan lalu. Suharyanto menyebut, dalam gempa sepersekian detik, puluhan ribu rumah rusak dan 600 lebih jiwa meninggal dunia.
Olehnya itu, ia meminta masyarakat mulai mempelajari mitigasi dan perilaku saat menghadapi bencana alam.
“Bencana bisa datang setiap saat dan dalam waktu singkat. Tetapi akibatnya sungguh memprihatinkan,” ujarnya.