MAKASSAR,FILALIN.COM, — PT Pelabuhan Indonesia (Persero) Regional 4 Makassar kembali bertransformasi digital dengan memasang alat Turnstile di gate 2 khusus jalur pejalan kaki yang akan masuk dan keluar di Pelabuhan Makassar, mulai Jumat (10/11/2023).
Dengan dipasangnya alat turnstile ini, setiap pejalan kaki yang akan masuk ke Pelabuhan Makassar harus menempelkan kartu e-money milik masing-masing. Tentunya kartu e-money para pejalan kaki harus memiliki saldo di dalamnya.
Turnstile adalah alat yang digunakan untuk membatasi dan mengontrol pejalan kaki yang akan memasuki area tertentu, yang dilengkapi dengan sistem penguncian dan motor penggerak.
General Manager (GM) Pelindo Regional 4 Makassar, Iwan Sjarifuddin mengatakan bahwa selama ini khususnya di gate 2, penggunaan e-money untuk masuk Pelabuhan Makassar baru diwajibkan kepada pemilik kendaraan roda empat dan roda dua saja.
“Sedangkan bagi pejalan kaki, tarif atau pass masuk sebesar Rp 5.000 masih dipungut secara manual oleh petugas, yang ditukarkan dengan karcis masuk,” terang Iwan.
Melalui transformasi digitalisasi kepada pejalan kaki yang masuk ke Pelabuhan Makassar dengan menempelkan kartu e-money di alat turnstile ini menurut Iwan, akan semakin meminimalisir dan bahkan menjadikan area Pelabuhan Makassar zero pungutan liar atau pungli.
Iwan juga menuturkan bahwa pihaknya akan terus meningkatkan pelayanan di Pelabuhan Makassar dengan memanfaatkan teknologi digital agar semakin efektif dan efisien dalam menekan pungutan liar (pungli). “Apalagi pelabuhan menjadi simpul penting bagi alur ekspor impor lantaran menjadi pintu keluar masuk manusia, barang, tumbuhan, dan hewan,” ujarnya.
Sementara itu Junior Manager Operasi Pelindo Regional 4 Makassar, I Komang Oka Sudarmawan Diputra menerangkan bahwa pemasangan alat turnstile ini hanya dilakukan di gate 2 karena jalur pejalan kaki hanya dilewati melalui gate 2 saja.
“Bagi pejalan kaki yang ingin masuk ke pelabuhan, hanya melakukan satu kali tap e-money saja yaitu di alat turnstile yang ada di gate masuk. Jika ingin keluar, mereka cukup melakukan scan telapak tangan di turnstile yang terletak di gate keluar,” terang Komang.
Seraya melakukan penerapan sistem digitalisasi ini lanjut Komang, pihaknya akan terus memberikan sosialisasi kepada masyarakat.
Apalagi saat ini memang sudah era digitalisasi, di mana penggunaan e-money sudah tidak asing atau bukan lagi merupakan sesuatu hal yang baru bagi masyakarat.
“Dengan penggunaan e-money, selain meniadakan pungli di lingkungan pelabuhan, juga memberikan kemudahan bagi masyarakat karena tidak perlu lagi menyediakan uang tunai. Dan kartu e-money juga bisa diisi langsung melalui m-banking masing-masing penggunanya. Jadi sangat memudahkan,” pungkas Komang.
Sebelumnya pelabuhan makassar juga sudah bertransformasi digital dengan adanya digitalisasi pelayanan melalui berbagai aplikasi. Aplikasi Phinnisi, PTOS-M, TONUS, dan penerapan integrated control room.
TONUS adalah aplikasi kegiatan terminal peti kemas. Mulai permohonan, perencanaan, pengoperasian, dan pelaporan. Aplikasi ini telah terpasang di Terminal Petikemas Makassar (TPM) atau yang kini berganti nama menjadi TPK New Makassar (Terminal 1) dan Terminal Petikemas Ambon.
Phinnisi merupakan aplikasi kegiatan pelayanan kapal. Mulai permohonan, perencanaan, pengoperasian, billing, reporting, integrasi ke Inaportnet. Sekarang aplikasi ini sudah terpasang di Regional 4 Samarinda, Makassar, Kendari, Pantoloan, Bitung, Ambon, Merauke, dan Regional 4 Sorong.
Sedangkan aplikasi PTOS-M/PK adalah aplikasi kegiatan pelayanan barang dan peti kemas konvensional. Mulai dari permohonan, perencanaan, pengoperasian, dan pelaporan. Aplikasi ini sudah terpasang di Regional 4 Bitung, Balikpapan, Makassar, Tarakan, Pantoloan, Sorong, Jayapura, dan Regional 4 Gorontalo sehingga semakin memudahkan dalam melakukan koordinasi dan layanan semakin efisien.
Sedang dalam meningkatkan layanan dan fasilitas pada para penumpan secara maksimal . Mulai penyiapan Garbarata, yang menghubung ruang tunggu dengan pintu kapal.
Barang milik para penumpang kapal juga akan melalui pemeriksaan atau pengecekan dengan menggunakan x-ray sebelum masuk ke ruang tunggu.
Pihak pelabuhan Makassar juga menyediakan Ruang Tunggu Sementara (RTS) untuk para penumpang yang transit. Selain itu juga sudah menyiapkan berbagai fasilitas standar lainnya, seperti wifi, toilet yang bersih, ruang menyusui, dan musala.
Tidaklah mengherankan dengan segala transformasi yang dilakukan tersebut membuat pelabuhan makassar meraih prestasi. Selama tahun 2023 pelabuhan Makassar tercatat sebagai pelabuhan tersibuk, untuk wilayah Regional 4 dimana tercatat pertumbuhan diatas 100% untuk arus penumpan.
Dari data yang ada tercatat selama tahun 2023 jumlah penumpan yang naik dan turun sebanyak 916.461 orang. Ini berarti mengalami pertumbuhan hingga 122,58% dimana tahun 2022 tercatat 747.655.
Sementara itu arus ekspor non peti kemas Pelindo Regional 4 secara konsolidasi hingga triwulan III 2023 mencapai 491.557 ton per meter kubik.
Khusus Pelabuhan Makassar yang merupakan pelabuhan terbesar dan menjadi hub di Indonesia Timur, arus ekspor non peti kemas mencapai 85.445 ton per meter kubik.
Pada 2023 lalu, Pelindo Regional 4 Makassar yang mengelola Pelabuhan Makassar berhasil membukukan arus kunjungan (call) kapal sebanyak 36.865.444 GT (Gross Tonnage) ukuran yang menunjukkan besarnya volume kapal). Angka itu mengalami pertumbuhan sebesar 111,28% dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya. Sedangkan untuk arus barang non peti kemas, Iwan menyebutkan bahwa pihaknya mencatat realisasi tahun 2023 yaitu sebanyak 3.251.043 ton/m3. (*)