MAKASSAR,FILALIN.COM, — Untuk menekan angka laju penyebaran Infeksi Menular Seksual (IMS) – Tim Program Kreativitas Mahasiswa – Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Makassar (UNM) telah melakukan riset inovatif dalam mengatasi penyebaran IMS pada komunitas LGBTQ+ di X. Riset ini menggunakan pendekatan self-control yang dioptimalkan dengan model matematika berbasis machine learning.
Penyebaran IMS, termasuk HIV/AIDS, sifilis (raja singa), gonore (kencing nanah), kondiloma akuminata, dan herpes terus menjadi ancaman serius bagi masyarakat utamanya bagi komunitas LGBTQ+. Upaya untuk mengatasi masalah ini sering kali menghadapi tantangan dalam hal pencegahan dan pengendalian. Dalam upaya menemukan solusi yang lebih efektif, tim PKM-RSH FMIPA UNM memutuskan untuk menggabungkan teknologi machine learning dengan model matematika untuk mengembangkan strategi self-control yang lebih optimal.
Riset ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana pendekatan self-control dapat ditingkatkan melalui pemanfaatan teknologi machine learning. Dengan mengembangkan model matematika yang akurat, tim berharap dapat memberikan prediksi dan rekomendasi yang lebih efektif untuk mengurangi penyebaran IMS di komunitas LGBTQ+.
Tim peneliti menggunakan machine learning terkait penyebaran IMS di komunitas LGBTQ+ di X. Data ini dianalisis menggunakan algoritma crawling data yang diimplementasikan dalam model matematika yang dapat mengidentifikasi pola penyebaran dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Model ini kemudian digunakan untuk merancang intervensi berbasis self-control yang dapat diimplementasikan oleh individu dan komunitas.
Hasil awal riset menunjukkan bahwa penggunaan model matematika berbasis machine learning dapat secara signifikan meningkatkan efektivitas strategi self-control dalam mengurangi penyebaran IMS. Tim peneliti menemukan bahwa dengan memberikan rekomendasi yang dipersonalisasi dan berbasis data, individu dalam komunitas LGBTQ+ dapat lebih efektif dalam menekan risiko IMS.
Solusi self-control yang dikemukakan dalam riset ini memiliki potensi besar dalam menekan penyebaran IMS di komunitas LGBTQ+. Tasqirah Prasani, ketua tim riset, menyatakan, “Kami sangat bangga dengan hasil yang telah kami capai. Riset ini menunjukkan bahwa dengan pendekatan yang tepat, self-control atau pengendalian diri yang baik juga dengan pengintegrasian teknologi machine learning dapat menjadi metode yang sangat efektif dalam memerangi penyebaran IMS. Kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung riset ini, terutama Kemendikbudristek dan UNM.”
Dengan riset ini, Tim PKM-RSH FMIPA UNM tidak hanya memberikan kontribusi signifikan dalam bidang ilmu pengetahuan, tetapi juga memberikan harapan dalam menuntas IMS di Indonesia. Riset ini membuktikan bahwa inovasi dan kolaborasi dapat menghasilkan solusi yang lebih baik untuk tantangan kesehatan masyarakat yang kompleks. (*)